Wednesday, March 14, 2012

Desa Balikterus Bawean Hidup dari Gula Aren

Desa Balikterus Kec. Sangkapura Kab. Gresik diekanl sebagai penghasil gula aren. Hampir semua penduduknya bekerja membuat gula aren. Pekerjaan itu sudah turun temurun dari jeluarga.   

Warga desa laki-laki maupun perempuan, setiap pagi dan sore masuk hutan untuk mengambil bambu berisi nira dan memasangnya lagi di tangkai buah aren yang telah dipotong. Hutan desa banyak tumbuhan aren kemudian disadap niranya yang oleh warga setempat disebut la’ang. 

Adenan (52) warga setempat hari itu amat trampil memanjat pohon aren untuk mengambil bumbung yang berisi nira. “Setiap pagi dan sore kami selalu memasang dan mengambil bumbung di pohon aren. Untuk satu buah tangkai buah aren ini bisa diambil la’ang-nya hingga dua bulan, sedangkan sekali ambil, satu tangkai buah aren ini bisa menghasilkan lima liter,” kata pria yang sudah penuh keriput di raut mukanya itu.

Menurut Adenan, nira yang diambil dari tangkai buah aren yang baru dipotong sangat bagus kualitasnya dijadikan gula aren. ”Warnanya merah bersih, tapi jika nira diambil dari tangkai buah aren yang sudah lama dipotong, hasil gulanya agak gelap,” kata Adenan. Selain itu, dia menambahkan, nira aren di dari pegunungan di Desa Balikterus ini sangat segar untuk diminum langsug, apalagi bila dicampur dengan es.

”Rasanya sangat segar, biasanya pada saat bulan puasa, orang Bawean banyak yang membeli nira untuk dinikmati ketika makan buka, dipercaya la’ang juga bisa meningkatkan stamina dan kejantanan lelaki,” jelasnya.

Sepulang dari mengambil nira aren di hutan, Adenan langsung menuju rumah sore itu. Dan sesampainya di rumah sederhananya, Masriyah (40), istrinya, membawa bumbung berisi nira ke dapur untuk dimasak.

”La’ang dipanaskan di wajan selama beberapa jam hingga kental berwarna kemerahan. Setelah itu, la’ang dicetak di potongan bambu berdiameter empat centimeter,” papar Masriyah.

Kemudian dibiarkan hingga mengeras. Setelah mengeras, gula aren dilepas dari cetakannya dan dibungkus daun pisang. Per bungkus isinya sepuluh biji. Harga satu bungkus gula aren saat ini Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu. Satu bungkus gula aren berisi sepuluh biji itu dibutuhkan nira dua liter. Dia menjelaskan, gula aren ini mampu bertahan lama, bisa berbulan-bulan asalkan disimpan di tempat yang hangat biar tidak meleleh.

Hampir semua penduduk yang tinggal di Balikterus, berjumlah hingga ratusan kepala keluarga memanfaatkan gula aren sebagai penghasil pendapatan utama. Mereka menjual gula aren ke pasar-pasar. Tapi seringkali, turis asing atau perantau yang bekerja di Malaysia dan Singapura pulang membawa gula aren untuk dijual di negeri jiran itu.

”Di Malaysia biasanya gula aren Bawean ini dicampur dengan kelapa muda. Jadi pesanan akan meningkat pada saat musim libur atau hari-hari Lebaran, bahkan saking banyaknya pesanan, kita kekurangan barang,” imbuh Masriyah.

Tak ayal jika pada saat pesanan ramai, warga Balikterus kehabisan stok. Meskipun jumlah keluarga yang memproduksi gula aren ini ratusan, cara mereka mengolah masih tradisional, jadi tidak mumpuni untuk memproduksi gula aren dalam jumlah massal.

Sebenarnya, penghasil gula aren di Bawean tidak hanya di Desa Balikterus di beberapa daerah lainnya juga terkenal dengan produksi gula arennya, tapi penghasil gula aren dengan kualitas terbaik di Bawean adalah di Balikterus. 

Desa yang berjarak lima kilometer dari kecamatan Sangkapura itu berada di daerah datarang tinggi. Pegunungan Balikterus sangat lebat dengan tanaman aren. Jadi, bahan baku gula aren di Balikterus sangat berlimpah, karena itu kualitas gula aren Balikterus terbaik.

No comments:

Post a Comment