Sunday, May 6, 2012

Sosok Kyai Muda Di Pulau Bawean Ceramah Serius Bukan Humoris




KH. Muhammad Fuad Faruq, S.Hi. (Pondok Pesantren Nurul Taqwa, Duku, Sungairujing) sebagai sosok kyai muda di Pulau Bawean, ketika tampil diatas podium dalam acara maulid di Ponpes Miftahul Ulum, Kreteng, Bululanjang, Sangkapura (senin, 20/2/2012) menunjukkan keseriusannya dalam menyampaikan ceramah agama.

Mulai awal ceramah disampaikan, terlihat banyak warga serta undangan yang hadir terlihat serius menyimak ceramah kyai alumnus dari Yaman, Timur Tengah. 

Dalam ceramahnya, beliau mengupas tuntas sejarah lahirnya Nabi Muhammad SAW. serta membandingkan dengan kehidupan masa sekarang. "Sistem pendidikan di Indonesia sampai sekarang masih mencari jati diri, dari tahun ke tahun selalu berganti metode ataupun kurikulum. Seharusnya sistem pendidikan yang ada seyogyanya berkiblat kepada ajaran Nabi Muhammad SAW. Dengan harapan, anak didik bisa belajar serta mengamalkan keilmuan di masa depan dengan selamat dan mendapat syafaat serta hidayah dari Allah SWT.,"katanya.

Melihat fenomena dan kondisi keadaan sekarang ini, KH. Muhammad Fuad Faruq menyatakan pondok pesantren adalah satu-satunya tempat belajar paling tepat untuk memperbaiki moral anak bangsa. "Sosok fingur ulama dan kyai dalam mengamalkan ilmunya selalu ikhlas dan ridho dalam melaksanakan kewajibannya untuk mengajar atau sebagai guru,"paparnya.

"Dalam momentum peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. marilah kita mencontoh serta mengamalkan segala ajarannya beliau. Ketahuilah, keteladanan Rasulullah diakui oleh semua golongan,"ujarnya.

"Sedangkan peran serta orang tua, dalam menjaga anak mulai dari kandungan sampai dewasa adalah mutlak diperlukan. Terjadinya suatu keburukan sehingga berbuat maksiat, diakibatkan kegagalan mereka dalam mengeyam bangku pendidikan,"terangnya.

"Membaca situasi dan kondisi terkini di Pulau Bawean, sudah terungkap adanya wanita penghibur hanya disebabkan faktor ekonomi sehingga menjual kehormatannya. Seharusnya diantisipasi secepatnya untuk menjaga datangnya bencana ataupun murkanya Allah SWT. terhadap suatu daerah,"ujarnya.

KH. Muhammad Fuad Faruq, ketika tampil berceramah menyatakan tidak bisa membuat seluruh yang hadir untuk tertawa, alasannya bahwa dirinya bukan sebagai pelawak. Wal hasil, keseriusan kyai muda dalam berceramah ternyata mendapat respon dari seluruh hadirin dengan menyimak serius isi ceramah yang disampaikan.

KH. Muhammad Fuad Faruq, dilahirkan di Belitung tanggal 20 Juni 1976. Menginjak usia satu tahun oleh orang tuanya dibawa pulang ke Pulau Bawean. Kemudian diasuh oleh neneknya di Menara Gunung Teguh Sangkapura. Usia 7 tahun mengaji dilanggar Kyai Mas'adi, dilanjutkan mengaji kepada Kyai Sahmawi pada usia 10 tahun, setelahnya mengaji kepada KH. Moch. Ridwan di Menara Gunung Teguh.

Lulus Madrasah Ibtidaiyah mondok di Pondok Pesantren Hasan Jufri Lebak selama 1 tahun, selanjutnya mondok di Ponpes Darullughah Wad Da'wah Bangil di Bangil Pasuruan dari tahun 1989 sampai 1995. Tahun 1996 melanjutkan studi ke Yaman di Timur Tengah sampai tahun 2000, setelahnya pulang ke Indonesia langsung mengajar di Bangil sampai tahun 2005. Tahun 2006 kembali ke Pulau Bawean sampai sekarang. Perlu diketahui nama Mohammad Fardi, setelah mondok di Bangil dirubah nama menjadi Muhammad Fuad Faruq, 

No comments:

Post a Comment