Sunday, February 19, 2012

Misteri di Telaga Kastoba Bawean

Danau Kastoba (Bawean:Talaghe), nama yang sudah tak asing lagi di benak masyarakat Bawean, bahkan sampai ke luar Bawean. Danau Kastoba ini merupakan satu dari beberapa objek wisata yang tersedia di pulau Bawean ini. danau ini terletak di dusun Candi, Desa Paromaan, kecamatan Tambak.

Sebagai persembahan alam, tentunya Danau Kastoba ini menjadi hadiah terindah alam untuk masyarakat Bawean. Keindahan pesonanya sanggup memanggil masyarakat untuk mengunjunginya. Biasanya hal itu terjadi di waktu liburan akhir tahun pelajaran sekolah, lebaran, dan waktu liburan lainnya. Aktivitas itu masih berlaku sampai sekarang. Danau Kastoba tak hanya menjadi objek wisata, melainkan juga bisa menjadi sarana memancing ikan Mujair bagi para pengunjung. Dilingkari pepohonan hijau yang perawan membuat udara disekitar danau begitu sejuk dan teduh. Airnya yang jernih, tak jarang membuat visitor terpancing untuk mandi dan berenang.

Sebagai objek wisata yang terletak di atas gunung, dengan sarana yang seadanya tentu sedikit menyulitkan pengunjung. Pengunjung harus melalui jalan kecil di tebing gunung. Namun kesulitan itu tak mengurangi keindahan di sepanjang jalan menuju lokasi, karena pengunjung dapat menyaksikan suguhan pemandangan lain nun jauh disana yang hijau. Sampai tulisan ini ditulis, entah sudah berapa kali tulisan tentang danau Kastoba ditulis.

Berbicara Danau Kastoba, keberadaannya juga tak bisa lepas dari cerita cerita mistis yang penuh misteri. Bahkan menurut peristiwa terjadinya, danau Kastoba merupakan bekas kerajaan raja jin (Lihat cerita pulau Bawean karya Zulfa Usman). Banyak cerita cerita masyarakat yang berkembang mengenai hal hal misteri di danau tersebut. Tentang ular naga misalnya yang menurut cerita sering menghanyutkan diri saat air sungai meluap, atau pusaran air di tengah danau yang dapat menarik siapa saja yang mendekat. Bahkan terjadinya longsor di Candi 2008 silam, Ada yang mengatakan disebabkan ulah “penunggu” danau Kastoba yang marah. Bila berbicara misteri, memang sulit dinalar dengan logika dan lebih sering menegangkan dan menakutkan. Namun, Terlepas dari segala misteri tersebut, bagaimanapun danau Kastoba adalah kekayaan alam Bawean yang perlu dilestarikan.

Jom Balik Ke Boyan (Bawean)



Semenjak berusia enam tahun saya telah bercita-cita untuk menziarahi Pulau Bawean, tanah kelahiran datuk moyang saya.  Kedua-dua orang tua saya berketurunan Bawean dari Desa Kelompang Gubuk. Dari zaman kanak-kanak lagi, saya telah mendengar cerita-cerita tentang pulau yang penuh dengan mistik ini dari mereka yang bergelar ''Orang-orang Pondok'' termasuklah arwah datuk dan nenek saya.  (Orang-orang pondok adalah mereka yang tinggal atau pernah tinggal di pondok-pondok Bawean Singapura.) 




Arwah datuk dan nenek saya sering bercerita tentang keindahan Pulau Bawean.... Danau Kastoba, rusa Axil Kuhlii, pantai yang cantik, perairan yang jernih, desa yang permai dan pulau yang penuh dengan kehijauan.  Setiap kali mereka bercerita, dari seraut air muka dan nada suara jelas menunjukkan kerinduan mereka terhadap kampung halaman yang ditinggalkan sekian lama.  Dan di akhir setiap sesei bercerita, saya pula telah berjanji untuk pulang ke Pulau Bawean dan membawa mereka bersama. Arwah datuk dan nenek hanya tersenyum lebar apabila mendengar janji-janji saya itu.




Alhamdulillah, pada tahun 2010 cita-cita saya telah tercapai.  Saya telah pulang ke Pulau Bawean selama lima hari semasa cuti sekolah pertengahan tahun.  Sejurus sahaja kaki saya memijak bumi Bawean, saya merasa sangat puas kerana dapat menunaikan janji yang saya kota semasa kanak-kanak dahulu.  Tambahan pula ibu yang disayangi ada berdiri di sebelah saya dengan senyuman yang lebar. 




Ibu saya telah menggantikan tempat arwah datuk dan nenek yang telah lama meninggal dunia. Jelas terlukis kegembiraan yang tidak terhingga di seraut muka ibu apabila dia menemui pak cik bongsu kesayangannya.  Dia juga sempat menziarahi pusara arwah datuk dan neneknya yang tidak pernah ditemui dan dikenali.




Melihat akan keindahan dan ketenangan suasana di Pulau Bawean, saya terkenang akan arwah datuk dan nenek yang selalu ceria apabila bercerita tentang pulau ini. Pemandangan-pemandangan di pulau kesayangan saya ini serupa dengan apa yang saya gambarkan sewaktu kanak-kanak dahulu.  Seumur hidup saya melancong ke luar negeri, selain dari kota Makkah dan Madinah, tidak pernah saya merasakan ketenangan seperti yang saya rasakan di pulau santri ini. Saya berharap dapat pulang lagi ke Pulau Bawean di masa-masa hadapan. Insya'Allah.

Kisah Warga Bawean ini dipetik dari blogspot