Jumizah Samsudin (23 th.) di Penang Malaysia, keturunan asli Pulau Bawean antara Gelam dan Pekalongan memiliki prinsip "Sukses dengan tidak melupakan daerah asal usulnya".
Menurut Jumie, mengatakan, "Dari sejak kecil orangtua selalu berpesan untuk tidak melupakan daerah asalnya Pulau Bawean, meskipun kami sendiri sampai hari ini belum menginjakkan kaki di Bawean,"katanya.
"Kehidupan dalam keluarga masih mempertahankan nilai dan adat Bawean, bahasa sehari-hari masih mengunakan bahasa Bawean. Sehingga kehidupan Bawean dalam keluarga sangat melekat dan sulit untuk melupakan Bawean," ujarnya.
"Melihat kondisi dan keadaan warga Bawean di Malaysia, antara sekarang dan dahulu sangat berbeda". Diantaranya menurut orang terdahulu, mengatakan "bahwa persatuan dan kesatuan warga Bawean di Penang sangat kuat dan memiliki pemimpin semacam Pak Lurah atau kepala kampung pada tahun 1950 sampai 1990. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi, bahkan mereka (keturunan Bawean : Red.) merasa sungkan untuk mengakui Pulau Bawean sebagai asal usulnya dilahirkan," jelas Jumizah.
"Sebenarnya orang Bawean di Malaysia banyak yang sukses dan berhasil, tapi kenyataannya sangatlah minim diantara mereka berfikir untuk kemajuan Pulau Bawean," ujar Jumizah Samsudin yang sekarang aktif sebagai Asisten Administratif Sekretaris di Universiti Sains Malaysia (USM), Penang Malaysia.
Jumizah Samsudin meskipun tidak pernah ke Bawean, tapi bahasa Bawean masih fasih. Sementara prestasinya sebagai Juara Bintang USM dan memiliki usaha makeup.
Menurut Jumie, mengatakan, "Dari sejak kecil orangtua selalu berpesan untuk tidak melupakan daerah asalnya Pulau Bawean, meskipun kami sendiri sampai hari ini belum menginjakkan kaki di Bawean,"katanya.
"Kehidupan dalam keluarga masih mempertahankan nilai dan adat Bawean, bahasa sehari-hari masih mengunakan bahasa Bawean. Sehingga kehidupan Bawean dalam keluarga sangat melekat dan sulit untuk melupakan Bawean," ujarnya.
"Melihat kondisi dan keadaan warga Bawean di Malaysia, antara sekarang dan dahulu sangat berbeda". Diantaranya menurut orang terdahulu, mengatakan "bahwa persatuan dan kesatuan warga Bawean di Penang sangat kuat dan memiliki pemimpin semacam Pak Lurah atau kepala kampung pada tahun 1950 sampai 1990. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi, bahkan mereka (keturunan Bawean : Red.) merasa sungkan untuk mengakui Pulau Bawean sebagai asal usulnya dilahirkan," jelas Jumizah.
"Sebenarnya orang Bawean di Malaysia banyak yang sukses dan berhasil, tapi kenyataannya sangatlah minim diantara mereka berfikir untuk kemajuan Pulau Bawean," ujar Jumizah Samsudin yang sekarang aktif sebagai Asisten Administratif Sekretaris di Universiti Sains Malaysia (USM), Penang Malaysia.
Jumizah Samsudin meskipun tidak pernah ke Bawean, tapi bahasa Bawean masih fasih. Sementara prestasinya sebagai Juara Bintang USM dan memiliki usaha makeup.