Sunday, August 5, 2012

Tafsir Surah al-Qadr






Tafsir Surah al Qadar.
Maksudnya:
1.Sesungguhnya kami telah turunkannya (al Qur’an) pada malam al qadr.
2.Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu?
3.Malam al qadr itu lebih baik daripada seribu bulan
4.Turun malaikat2 dan malaikat Jibril padanya(malam al qadr) dengan izin Tuhan mereka membawa segala urusan.
5.Selamat sejahteralah ia(malam al qadr) sehinggalah terbit fajar (Subuh).

TAFSIRNYA
Lailatul Qadr juga dikenali dengan Lailatul Mubarakah sebagaimana yang disebut dalam firman Allah yang berbunyi, “Innaa anzalnahu fi lailatin mubaarakah.” yg maksudnya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya(al Qur’an) pada malam yang penuh keberkatan”. Dan malam tersebut sudah pastinya di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah yang bermaksud, “Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya al Qur’an.” Ibn Abbas berkata: Allah telah menurunkan al Qur’an dalam jumlah yang satu (sekaligus) daripada lauh mahfuz ke baitul ‘Izzah di Langit Dunia. Kemudian ia diturunkan secara beransur-ansur berdasarkan kejadian yang berlaku sepanjang kehidupan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah selama tempoh 23 tahun.

Ayat 2 & 3-ASAL USUL SERIBU BULAN
Diriwayatkan daripada Ibnu Abi Hatim daripada Mujahid bahawa ada seorang lelaki dari Bani Israil, namanya Syam’un. beliau merupakan seorang pahlawan Islam yang berjuang di jalan Allah selama seribu bulan. Selama perjuangannya seribu bulan, beliau tidak pernah dikalahkan oleh musuhnya.

Ada pula riwayat Ibnu Jarir daripada Mujahid juga, mengatakan beliau (lelaki Bani Israil) itu pada malam harinya sentiasa mendirikan ibadah malam sehingga subuh, manakala pada siang harinya berjihad menentang musuh sehinggalah menjelang petang selama seribu bulan.

Hikayat Sham’un
Imam Al Ghazali menceritakan kisah Sham’un dengan agak terperinci. Kisahnya begini: Sham’un merupakan seorang pahlawan di kalangan Bani Israil dan beliau tidak pernah dikalahkan musuh. Suatu hari, musuh nya berbincang cara untuk menewaskan Syam’un. Lalu mereka menghantar utusan kepada Isteri Syam’un untuk memperdayakannya. Utusan tersebut membawa satu bejana penuh dengan emas dan meminta isteri Syam’un supaya mengikat suaminya pada malam hari.Akibat tamakkan emas, isterinya sanggup mengikat Syam’un pada malam harinya. Keesokkan paginya, apabila Syam’un bangkit dari tidur, dengan mudahnya tali yang mengikatnya terputus satu demi satu. Lalu beliau bertanya kepada isterinya kenapa beliau diikat? Jawab isterinya, dia mahu menguji kekuatan Syam’un. Apabila pihak musuh mengetahui bahawa rancangan tersebut gagal, mereka berputus asa. Kemudian Iblis datang menemui mereka dan menasihati mereka agar meminta isteri Syam’un tanya suaminya itu apakah rahsia kekuatannya? Pada malam nya, si isteri bertanyakan Syam’un tentang perkara itu. Syam’un yang pada awalnya keberatan memberitahu, akhirnya mendedahkan rahsia kekuatannya terletak pada lapan helai janggutnya yang panjangnya hingga ke tanah. Setelah Syam’un terlena, si isteri pun memotong janggut suaminya yang hanya lapan helai itu lalu diikatnya pada kaki dan tangan Syam’un. Pihak musuh datang menangkap Syam’un dan membawanya ke rumah pasung untuk diseksa. Mereka menyeksa Syam’un dengan memotong sedikit demi sedikit anggota tubuh Syam’un seperti telinga, mulut dan lain-lain. Lalu Syam’un yang berada dalam kesakitan , berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk melawan musuhnya. Tiba-tiba Allah memakbulkan doa Syam’un , dan Syam’un menarik ikatan yang mengikatnya pada tiang2 besar di rumah pasung itu hingga menyebabkannya runtuh lalu menimpa musuh2nya sehingga mati.

Sambungan Tafsir
Sufyan as Thauri berkata, “telah disampaikan kepada aku daripada Mujahid bahawa malam al qadr lebih baik daripada seribu bulan (maknanya): amalannya, puasanya, dan mendirikan malamnya adalah lebih baik dari seribu bulan. Dan daripada Mujahid, Malam al qadr lebih baik daripada seribu bulan yang tidak ada malam al qadr padanya.

Daripada Abi Hurairah radhiallahu anhu berkata bahawa Rasulullah bersabda, “ Barangsiapa yang mendirikan malam al qadr dengan penuh keimanan dan mengharapkan keampunan dari Allah, diampunkan baginya dosanya yang telah lampau.”

Ayat 4-Malaikat Turun Bawa Rahmat dan Berkat
Malaikat-malaikat yang dimaksudkan dalam ayat ialah malaikat rahmat yang membawa segala rahmat dan keberkatan pada malam itu. Banyaknya malaikat turun menandakan banyaknya keberkatan dan rahmat turun pada malam al qadr. Keadaan ini samalah ketika turunnya Malaikat kepada orang yang sedang membaca al Qur’an atau orang yang duduk dalam majlis /halaqah zikr. Mereka melingkungi orang yang berzikir serta melabuhkan sayap mereka ke atas orang2 yang menuntut ilmu kerana memuliakan penuntut ilmu.

Manakala ar Ruh pula ialah Malaikat Jibril alaihissalam.Adapun “membawa segala urusan” membawa maksud segala taqdir berkaitan ajal dan rezeki, dan ketentuan segala perkara sebagaimana disebut oleh qatadah.

Ayat 5-Sejahtera hingga Subuh
Sejahtera di sini bermaksud Syaitan tidak dibenarkan melakukan perkara   jahat pada malam itu. Kata Qatadah dan Ibn Zaid , Rasulullah bersabda, “ Salaamun hia” bermaksud baik seluruhnya , tidak ada padanya(malam al qadr) kejahatan hinggalah terbitnya fajr(Subuh).

Adapun antara tanda Malam al Qadr ialah berdasarkan kepada hadis2 di bawah:

Dari ‘Ubay Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi” [Hadis Riwayat Muslim 762]

Dari   Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Ertinya : (Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan”[Tahayalisi 349, Ibnu Khuzaimah 3/231, Bazzar 1/486, sanadnya Hasan]

PENUTUP
Marilah kita sama2 mencari lailatul qadar pada 10 terakhir Ramadan sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang maksudnya, “…Maka carilah ia sungguh2 pada 10 malam yang terakhir dari Ramadhan.”

Hikmah Nuzulul Qur'an


Hikmah Nuzulul Qur'an - Dalam pembahasan Nuzulul Qur'an menurut Berbagai Madzab kita telah mengetahui bahwa Al-Qur'an diturunkan ke Baitul Izzahsecara langsung. Dari Baitul Izzah itulah, Al-Qur'an kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW.

Nuzulul Qur'an yang kemudian diperingati oleh sebagian kaum muslimin mengacu kepada tanggal pertama kali Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira. Jika sebagian besar umat Islam di Indonesia meyakini 17 Ramadhan sebagai tanggal Nuzulul Qur'an, Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury menyimpulkan Nuzulul Qur'an jatuh pada tanggal 21 Ramadhan.

Lepas dari berapa tanggal sebenarnya, Nuzulul Qur'an dalam arti turunnya Al-Qur'an kepada Rasulullah SAW secara bertahap atau berangsur-angsur itu memiliki beberapa hikmah sebagai berikut:

1. Meneguhkan hati Rasulullah dan para sahabat
Dakwah Rasulullah pada era makkiyah penuh dengan tribulasi berupa celaan, cemoohan, siksaan, bahkan upaya pembunuhan. Wahyu yang turun secara bertahap dari waktu ke waktu menguatkan hati Rasulullah dalam menapaki jalan yang sulit dan terjal itu.

Ketika kekejaman Quraisy semakin menjadi, Al-Qur'an menyuruh mereka bersabar seraya menceritakan kisah para nabi sebelumnya yang pada akhirnya memperoleh kemenangan dakwah. Maka, seperti yang dijelaskan Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury dalam Rakhiqul Makhtum, Al-Qur'an menjadi faktor peneguh mengapa kaum muslimin sangat kuat menghadapi cobaan dan tribulasi dakwah dalam periode Makkiyah.

Di era madaniyah, hikmah ini juga terus berlangsung. Ketika hendak menghadapi perang atau kesulitan, Al-Qur'an turun menguatkan Rasulullah dan kaum muslimin generasi pertama.

2. Tantangan dan Mukjizat
Orang-orang musyrik yang berada dalam kesesatan tidak henti-hentinya berupaya melemahkan kaum muslimin. Mereka sering mengajukan pertanyaan yang aneh-aneh dengan maksud melemahkan kaum muslimin. Pada saat itulah, kaum muslimin ditolong Allah dengan jawaban langsung dari-Nya melalui wahyu yang turun.

Selain itu, Al-Qur'an juga menantang langsung orang-orang kafir untuk membuat sesuatu yang semisal dengan Al-Qur'an. Nyanta, walaupun Al-Quran turun berangsur-angsur, tidak seluruhnya, toh mereka tidak mampu menjawab tantangan itu. Ini sekaligus menjadi bukti mukjizat Al-Qur'an yang tak tertandingi oleh siapapun.

3. Memudahkan Hafalan dan Pemahamannya
Dengan turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur, maka para kaum muslimin menjadi lebih mudah menghafalkan dan memahaminya. Terlebih, ketika ayat itu turun dengan latar belakang peristiwa tertentu atau yang diistilahkan dengan asbabun nuzul, maka semakin kuatlah pemahaman para sahabat.

4. Relevan dengan Pentahapan Hukum dan Aplikasinya
Sayyid Quthb menyebut para sahabat dengan "Jailul Qur'anil farid" (generasi qur'ani yang unik). Diantara hal yang membedakan mereka dari generasi lainnya adalah sikap mereka terhadap Al-Qur'an. Begitu ayat turun dan memerintahkan sesuatu, mereka langsung mengerjakannya. Interaksi mereka dengan Al-Qur'an bagaikan para prajurit yang mendengar intruksi komandannya; langsung dikerjakan segera.

Diantara hal yang memudahkan bersegeranya para sahabat dalam menjalankan perintah Al-Qur'an adalah karena Al-Qur'an turun secara bertahap. Perubahan terhadap kebiasaan atau budaya yang mengakar di masyarakat Arab pun dilakukan melalui pentahapan hukum yang memungkinkan dilakukan karena turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur ini. Misalnya khamr. Ia tidak langsung diharamkan secara mutlak, tetapi melalui pentahapan. Pertama, Al-Qur'an menyebut mudharatnya lebih besar dari manfaatnya (QS. 2 : 219). Kedua, Al-Qur'an melarang orang yang mabuk karena khamr dari shalat (QS. 4 : 43). Dan yang ketiga baru diharamkan secara tegas (QS. 5 : 90-91).

5. Menguatkan bahwa Al-Qur'an benar-benar dari Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji
Ketika Al-Qur'an turun berangsur-angsur dalam kurun lebih dari 22 tahun, kemudian menjadi rangkaian yang sangat cermat dan penuh makna, indah dan fasih gaya bahasanya, terjalin antara satu ayat dengan ayat lainnya bagaikan untaian mutiara, serta ketiadaan pertentangan di dalamnya, semakin menguatkan bahwa Al-Qur'an benar-benar kalam ilahi, Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

Demikianlah, sebagian hikmah Nuzulul Qur'an, diturunkannya Al-Qur'an secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW. Wallahu a'lam bish shawab. [Muchlisin. Maraji: : مابحث في علوم القران karya Syaikh Manna Al-Qaththan, رحيق المختوم karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, dan معالم في الطريق karya Sayyid Quthb]